Kencan dengan Mbak Kanna

Kang Thoriq
7 min readMay 11, 2022

--

Kencan bersama mbak Kanna Hashimoto

** Cerita pendek ini ditujukan untuk memenuhi Ujian Akhir Semester Mata Kuliah Manajemen Mutu Tahun Ajaran 2021/2022 **

Di sebuah mall yang terletak di daerah Ambarukmo, Catur Tunggal, Sleman.

Ketika aku melangkahkan kakiku untuk keluar mall tersebut, tiba-tiba ada suara yang memanggilku dari belakang. Aku pikir suara itu hanyalah suara dari pikiranku saja, namun lamat-lamat aku mencoba mendengarkan secara seksama, ternyata memang benar ada seseorang yang memanggilku dan suara itu kian mendekat.

“Suara ini tampaknya familiar sekali” kata batinku.

“Thoriq! Thoriq! Hey! Kamu Thoriq, kan?” kata orang tersebut.

Aku pun menoleh untuk melihat siapa yang memanggilku. Aku pun kaget melihat orang yang memanggilku itu. Orang itu adalah yang aku kagumi dan aku ingin jadikan dia sebagai kekasihku, namun karena dia berada jauh, aku tidak memiliki kesempatan untuk menggapainya. Namun pada hari ini, sepertinya takdir sedang memihakku. Yap, orang itu adalah Hashimoto Kanna.

“Hey! Kamu Thoriq, kan? Bener Thoriq, kan?” ucap Kanna.
“A-ah, iya.. aku Thoriq. K-kamu.. Hashimoto Kanna kan?” ucapku dengan rasa gugup

“haikk! Kamu benar sekali!” ucap Kanna dengan senyumnya yang riang.

“Apa yang kamu lakukan disini? Kamu kan aktris terkenal dari Jepang, kenapa kamu bisa disini?” Tanyaku dengan keheranan. Setelah pertanyaanku terlontar, terlihat raut wajahnya yang tadi ceria tiba-tiba mendadak berubah sedikit cemberut.

“Ehm.. Tidak apa-apasih, karena ada berbagai masalah di Jepang, aku memutuskan untuk liburan dan kebetulan kamu sering mentag sosial mediaku di postinganmu. Dan ternyata, aku tidak menyangka akan bertemu dengan kamu disini. Hehe”

“Oh.. begitu. Eh, sebentar.. sejak kapan kamu bisa berbahasa Indonesia? Kamu kan orang Jepang!” Tanyaku yang baru saja sadar bahwa Kanna ini orang Jepang tapi bisa ngobrol denganku menggunakan bahasa Indonesia.

“Ah! Ternyata kamu menyadarinya ya! Hehehe.. Benar, aku memang orang Jepang. Tapi karena seperti yang aku bilang bahwa aku sedang ada masalah dan ingin pergi cuti ke Indonesia, aku memutuskan belajar bahasa Indonesia. Ternyata bahasa Indonesia lebih mudah dari yang aku kira. Tulis-menulis bahasa Indonesia juga tidak serumit menulis kanji, hiragana atau katakana. Dan juga, negara ini paling santai untuk dinikmati. Warganya ramah semua!” Tiba-tiba Kanna berhenti berbicara. Aku pun menunjukkan ekspresi sedikit heran, setelah dia melihat wajahku. Dia lanjut
berbicara,

“Dan juga.. tampaknya pria Indonesia lebih menarik daripada pria Jepang. Hihihi” Setelah mengucapkan itu, dia tertawa kecil dan memalingkan wajahnya. Aku sedikit melihat wajahnya sedikit memerah, tidak seperti sebelumnya. ‘Ah paling juga karena cuaca di Yogya lagi panas aja sih’ batinku.

“Oh iya Thoriq! Kamu sedang apa disini? Dari yang aku lihat sih, kayaknya kamu habis dari kampus ya? Bawa tas dan masih pake kemeja kampus” Tanya Kanna setelah mengamati diriku dari kaki hingga ujung rambut.

“Ah iya, benar! Aku memang dari kampus, habis ada kuliah tadi. Lah, kamu sendiri juga ngapain di sini?”

“Ooh.. dari kampus ya? Ah, aku tadi habis belanja beberapa keperluan sih. Aku dengar di Mall ini terdapat swayalan yang lagi memberikan diskon!”

“Oh.. seperti itu ya! Ngomong-ngomong, aku mau nanya nih. Kamu puas gak sama barang yang kamu beli dengan harga diskon itu?”

“Eh? Kalo ditanya seperti itu, ya puas sih. Soalnya kan aku butuh barang ini untuk keperluan sehari-hari, karena untuk kebutuhan sehari-hari, ngapain aku beli mahal-mahal? Karena kalo kebutuhan sehari-hari itu cepet terpakai dan bakal jadi ga kepake lagi kalo sudah habis. Jadi, dengan adanya diskon pada barang-barang yang aku butuhkan sehari-hari, ya puas!” jawab Kanna dengan serius. Dia menambahkan, “Emang kenapa kamu tiba-tiba nanya gitu?”

“Ah.. tidak.. tadi pagi aku habis ngikutin kuliah Manajemen Mutu, ya tadi ada bahas tentang kepuasan pelanggan.” Jawabku. Kanna menjawab “Wah menarik itu manajemen mutu! Gimana kalo kita ngobrol-ngobrol di kafe?”

“Ide bagus!” sahutku

Kafetaria

Kanna dan aku langsung menuju meja yang kosong. Setelah itu, seorang pelayan datang dan memberikan daftar menu. Aku dan Kanna masing-masing memperhatikan daftar menu makanan tersebut. Setelah sekitar 10 menitan memilih daftar pesanan, aku dan Kanna menyebutkan pilihan pesanan kepada pelayan tersebut.

Seusai pelayan meninggalkan meja kami, Kanna berbicara kepadaku, “Pelayan itu hebat ya! Dia rela nungguin kita memilih pesanan sekitar 10 menitan! Kalo aku jadi dia, udah ngedumel itu! Hahaha”. Aku ikut tertawa dan membalas “Iya ya! Kamu benar, tapi menurutku dia ngelakuin itu karena udah nerapin manajemen mutu sih”

Kanna balik bertanya, “Oh ya? Kok bisa?”Aku menjawab “Iya, karena kan pelanggan adalah raja. Mereka membutuhkan pelanggan
untuk dapat mencari rezeki. Mereka yang butuh kita, kalo misal dia jutek dan gak ramah sama pelanggan, paling 1 bulan kafe ini udah sepi.”

“Ah iya, kamu benar yah! Berarti kalau seperti itu, pelayan tersebut sudah bermutu ya?”

“Kalo dia bermutu atau tidak, sudah cukup untuk dikatakan bermutu karena dia ‘rela’ nungguin kita mesen makanan selama 10 menit. Itu bukan hal yang mudah, itu pasti dia udah melatih menahan emosi dan bersabar. Selain itu, pasti ada kerja sama tim yang kuat. Kenapa? Coba kamu bayangkan, pelayan disini ada 4 orang. masing-masing saling menyambut tamu. Tapi, karena
sekarang kafenya tidak terlalu ramai. Jadi, ada beberapa pelayan yang kerjanya fleksibel seperti yang itu sedang menyapu lantai, yang di sana sedang membersihkan meja. Nah, 3 pelayan sedang sibuk mengurusi hal yang lain, 1 pelayan lagi nungguin kita. Pasti kan kerjaan pelayaan yang nungguin kita ini jadi tertunda, yang mungkin dia harusnya ngantar pesanan, tapi dia tak kunjung kembali. Akhirnya rekannya yang mengantarkan pesanan. Nah, kalo misalnya tidak ada kerja sama tim dan tidak saling perhatian. Pasti kekeluargaan mereka bakal goyah dan kacau balau.”

Aku melanjutkan, “Nah, untuk menciptakan kerja sama tim yang kuat. Dibutuhkan seorang pemimpin yang mengerti terhadap kondisi bawahannya. Kalo pelayan-pelayan ini telah kompak dan solid dalam bekerja, berarti pemimpin atau manajer kafe ini memiliki kepemimpinan yang bagus dan sudah sesuai dengan prinsip TQM, Total Quality Manajamen.”

Kanna pun diam dan tak lama berbicara “Oh begitu ya! Pantas saja kafe ini aku liat di google Maps selalu mendapat rating bintang 5 dan kebanyakan ulasannya sangat positif! Ini pasti karena manajemen kafe ini telah menjalankan manajemen mutu ya?”

“Bisa jadi! Sebelum mereka memberikan ‘kepuasan’ kepada pelanggannya, mereka harus memberikan kepuasan dulu kepada sesama mereka, yakni karyawan mereka. Kalo ingin memberikan kepuasan kepada karyawan, dibutuhkan seorang pemimpin yang memiliki visi dan tujuan yang jelas, akan dibawa kemana kafe ini. Jika pemimpinnya tidak memiliki visi dan tujuan
yang jelas, akan mengakibatkan karyawannya tidak senang. Kalo ini terjadi, pasti akan berdampak kepada pelanggan mereka.”

“Wah! manajemen mutu ini sangat bagus ya! Keren banget kamu! Aku juga rencana mau bikin usaha, tapi kayaknya aku harus belajar sama kamu tentang manajemen mutu! Soalnya menarik dan hebat banget! Kapan-kapan ajarin aku lebih dalam tentang manajemen mutu ya!” ucap Kanna dengan ekspresi girang.

Aku hanya tersenyum dan menyuruh dia bersiap karena sebentar lagi pesanan kita telah datang.

Sekian.

Kanna berbicara kepadaku, “Pelayan itu hebat ya! Dia rela nungguin kita memilih pesanan sekitar 10 menitan! Kalo aku jadi dia, udah ngedumel itu! Hahaha”. Aku ikut tertawa dan membalas “Iya ya! Kamu benar,
tapi menurutku dia ngelakuin itu karena udah nerapin manajemen mutu sih”
Kanna balik bertanya, “Oh ya? Kok bisa?”Aku menjawab “Iya, karena kan pelanggan adalah raja. Mereka membutuhkan pelanggan
untuk dapat mencari rezeki. Mereka yang butuh kita, kalo misal dia jutek dan gak ramah sama
pelanggan, paling 1 bulan kafe ini udah sepi.”
“Ah iya, kamu benar yah! Berarti kalau seperti itu, pelayan tersebut sudah bermutu ya?”
“Kalo dia bermutu atau tidak, sudah cukup untuk dikatakan bermutu karena dia ‘rela’
nungguin kita mesen makanan selama 10 menit. Itu bukan hal yang mudah, itu pasti dia udah
melatih menahan emosi dan bersabar. Selain itu, pasti ada kerja sama tim yang kuat. Kenapa? Coba
kamu bayangkan, pelayan disini ada 4 orang. masing-masing saling menyambut tamu. Tapi, karena
sekarang kafenya tidak terlalu ramai. Jadi, ada beberapa pelayan yang kerjanya fleksibel seperti
yang itu sedang menyapu lantai, yang di sana sedang membersihkan meja. Nah, 3 pelayan sedang
sibuk mengurusi hal yang lain, 1 pelayan lagi nungguin kita. Pasti kan kerjaan pelayaan yang
nungguin kita ini jadi tertunda, yang mungkin dia harusnya ngantar pesanan, tapi dia tak kunjung
kembali. Akhirnya rekannya yang mengantarkan pesanan. Nah, kalo misalnya tidak ada kerja sama
tim dan tidak saling perhatian. Pasti kekeluargaan mereka bakal goyah dan kacau balau.”
Aku melanjutkan, “Nah, untuk menciptakan kerja sama tim yang kuat. Dibutuhkan seorang
pemimpin yang mengerti terhadap kondisi bawahannya. Kalo pelayan-pelayan ini telah kompak dan
solid dalam bekerja, berarti pemimpin atau manajer kafe ini memiliki kepemimpinan yang bagus
dan sudah sesuai dengan prinsip TQM, Total Quality Manajamen.”
Kanna pun diam dan tak lama berbicara “Oh begitu ya! Pantas saja kafe ini aku liat di
google Maps selalu mendapat rating bintang 5 dan kebanyakan ulasannya sangat positif! Ini pasti
karena manajemen kafe ini telah menjalankan manajemen mutu ya?”
“Bisa jadi! Sebelum mereka memberikan ‘kepuasan’ kepada pelanggannya, mereka harus
memberikan kepuasan dulu kepada sesama mereka, yakni karyawan mereka. Kalo ingin
memberikan kepuasan kepada karyawan, dibutuhkan seorang pemimpin yang memiliki visi dan
tujuan yang jelas, akan dibawa kemana kafe ini. Jika pemimpinnya tidak memiliki visi dan tujuan
yang jelas, akan mengakibatkan karyawannya tidak senang. Kalo ini terjadi, pasti akan berdampak
kepada pelanggan mereka.”
“Wah! manajemen mutu ini sangat bagus ya! Keren banget kamu! Aku juga rencana mau
bikin usaha, tapi kayaknya aku harus belajar sama kamu tentang manajemen mutu! Soalnya
menarik dan hebat banget! Kapan-kapan ajarin aku lebih dalam tentang manajemen mutu ya!” ucap
Kanna dengan ekspresi girang.
Aku hanya tersenyum dan menyuruh dia bersiap karena sebentar lagi pesanan kita telah
datang.Sekian.

--

--